banner

Kamis, 24 Mei 2012

Hari ini aktivitas dikantor  tidak begitu padat, sehingga hari ini saya pun agak cepat pulang dibanding hari hari kemarin, entah mengapa tadi saat diperjalanan menuju rumah saya tiba-tiba mengingat seseorang,, dan hal itu sempat membuat saya tidak kosentrasi saat mengendarai kendaraanku, karena saya merasa agak kaku mengendarai saya pun berhenti ditepi
jalan dan membeli sebotol  Aqua untuk diminum, yah kebetulan sebelumnya diwaktu meningalkan kantor saya telah merasa haus,  sejenak saya duduk dibawah pohon dimana tempat saya memarkir kendaraanku, saya pun melanjutkan apa yang hendak saya pikirkan diwaktu diatas kendaraan. Iya dia adalah Ayahku yang tadi sempat terlintas dipikiranku, saya sangat merindukanya, dari sekian tahun saya tidak pernah bertatap muka denganya, sekalipun bulan lalu sempat bicara dengan_nya  via phone tapi tidak mengurungkan kerinduanku padanya.

Ayahku adalah sosok seorang pekerja keras, penyayang pada anak-anaknya, sekalipun dia seorang pemarah, di kala kami nakal dan lupa untuk belajar tapi dia mempunya kelembutan yang khas terhadap anak-anaknya...!, menurut kami dari Anak2nya.
Saya adik-adiku dilahirkan dari keuda orang tua yang mempunya ekonomi yang pas-pasan, ayah dan ibu saya adalah seorang petani, seorang petani yang tidak mempunyai lahan milik sendiri untuk dijadikan lahan perkebunan, ayahku adalah seorang pendatang di daerahku, dan ibu saya seorang yatim piatu, dari keberadan itulah saya dan adik-adiku dilahirkan, hanya karena bermodalkan tenaga dan pikiran ayah dan ibu bisa membesarkan saya dan adik-adiku hingga kami bisa menyelesaikan sekolah dibangku sma, dari keterpurukan ekonomi pun ayah ingin mnyekolahkan saya di salah satu akademik , dan sayapun dengan senang untuk melanjutkan niat kedua orang tuaku, tapi ternyata usaha kedua orang tuaku gagal, gagal karena kurangnya biaya yang harus kedua orang tuaku siapkan, tapi hal itu tidak membuat ayah saya putus asa, dengan diam-diam ia mempunyai rencana untuk mengadai rumah guna mendapatkan uang  untuk biayaku, tapi hal itu begitu cepat saya ketahui, dan saat malam hari saya melihat mereka berdua sedang duduk berbincang-bincang, saya pun langsung menghampiri mereka berdua dan menanyakan apa yang hendak telah telah saya ketahui sebelumnya mengenai rencana mereka, disitu pun saya mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan cita-cita saya, karena melihat ekonomi orang tuaku, saat itu saya pun hendak beradu mulut dengan Ayah.

Ayah adalah seorang yang keras dalam mempertahankan keputusanya, namun saya pun tetap mempertahankan keputusanku untuk tidak melanjutkanya. Ketika itu saya melihat Ibu menetesakn air mata, ibu hanya  diam sampai saya masuk kamar untuk istrahat. Selang beberapa hari kemudian saya di ajak rekan saya untuk keluar dari kampung/ pergi mencari kerja didaerah lain, keputusan itu saya belum berikan kepada rekan saya, karena saya merasa belum siap, atau dengan kata lain saya belum tahu bagaimana rasanya merantau di daerah orang yang tentu sangat asing untukk dijumpai, Setelah saya pulang dan saya menanyakan kepada Ibu tentang apa yang hendak tadi saya bicarakan dengan Rekanku, ibu tidak mengijinkanku dan saat itupun ayah mendengar pembicaraanku dengan Ibu ayah langsung memarahiku dengan alasan alasan tertentu yang saya sendiri pun sangat benar kan apa yang dikatakan ayah.

Suatu hari tepatnya hari kamis, saya melihat ibu sedang duduk sendiri  sambil menikamati udara segar dibawah pohon bunga yang sudah rindang, Ibu saya adalah suka merangkai bunga, dihalaman rumah di penuhi Bunga yang beraneka ragam, saat saya menghampiri Ibu, ia pun bertanya, tapi saya langsung mengatakan apa yang hendak saya akan pertanyakan, saya mengatakan padanya kalau 3 hari kedepan saya mau berangkat, Ibu langsung menatapku, dan  dengan perlahan iya bertanya padaku, “ sebenarnya apa yang hendak membuatmu bersikeras untuk pergi?  ayah dan ibu sedang berusaha untuk mewujudkan cita-citamu...!!! Namun saya menjawab pada Ibu, saya hanya ingin berusaha seperti Ayah. Ibu terdiam dan melanjutkan  merangkai bunga yang ada di tanganya. Sejenak saya mengatakan” Mama tolong siapkan saya uang untuk biaya perjalananku.
Setelah malam hari saya dipangil ayah dan menasihatku, ayah menginginkau untuk pergi ke keluargaku yang ada didareah sulawesi utara, maksud dari itu agar saya bisa kembali 3 bulan kemudian, tapi saya menolak dan saya hanya menginginkan rencanku yang semulah, akhirnya ayah mengijinkan untuk mengikuti keinginanku. Nmaun dengan satu catatan bahwa 3 bulan kemudian saya harus pulang.. kesepakatan itu terjadi antar saya dan Ayah, akhirnya saya berangkat meningalkan kedua orang tuaku dan adik-adiku
Perjalananku yang sendiri membuatku bisa lebih berpikir dan mengatakan bahwa tidak mudah untuk melakukan hal ini sendiri, banyak orang yang dikampung pergi untuk mencari pekerjaan diluar daerah, dan mereka langung disiapkan perkerjaan untuk mereka, tapi yang saya alami jauh berbeda dengan mereka, jangankan mencari pekerjaan? Cari untuk meletakan kepala pun tidak tahu dimana..!!
Jika mengenang saat-saat itu, saya selalu meneteskan air mata, terlebih melihat tempat yang mempunyai kenangan bagiku saat awal kedatanganku di kota itu...
Waktu terus berlalu dan saya pun tidak menepati kesepekatanku dengan ayah, karena memang niatku sebelumnya adalah tidak lagi melanjutkan cita-citaku, hal itu terjadi dikarenakan karena faktor Ekonomi keluargaku,  aku sangat menyayangi mereka dan adik-adiku, Aku telah merasa puas melihat dan merasakan kasih sayang dan pengorbanan orang tuaku terhadapku dan adik-adiku.

Selama kurang lebih 3 Tahun saya tidak pernah berkomunikasi dengan mereka baik lewat surat ataupun via Handpone, seingatku saat itu siang hari ada pangilan masuk, karena kesibukan akhirnya saya tidak mengangkatnya, dan ketika waktu jam istrahat siang saya mebuka pangilan tersebut dan  melihat kode nomor pangilan tersebut bukan kode pangilan lokal, akhirnya saya telpon kembali dan menanyakanNya “ selamat siang, maaf dengan siapa ya? Jawaban yang halus terdengar  namun suara itu tidak asing lagi, ternyata dia adalah Ibuku. , suasan saat itu berubah bagiku, dan tiba tiba terdengar  suara tangisan kecil dari Ibuku karena telahbertemu sekalipun bukan bertatap muka langsung yang hanya  mendengar suaraku,  Akhirnya kerinduanku  sedikit terobati dikala mendengar suara ibu, ayah dan adik-adiku.
your advertise here

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Themeindie.com